Menejemen Madrasah Dalam Meninkatkankinerja Guru Madrasah Di Madinntarbiyyatul Muballighin Sukorejo Blitar

Menejemen Madrasah Dalam Meninkatkankinerja Guru Madrasah  Di Madinntarbiyyatul Muballighin Sukorejo Blitar

oleh
Yanu Triono

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.
Kepala Madrasah merupakan pilar terpenting dalam tumbuh kembangnya suatu lembaga pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Peranan kepala madrasah dalam segala hal termasuk didalamnya adalah gaya kepemimpinan, penyusunsn program-program, penggerak terhadap terlaksananya program tersebut, continuitas supervisinya, menjadi tolak ukur terhadap maju atau stagnasi dari pada sebuah lembaga pendidikan tersebut. Seperti kita ketahui bahwa dalam suatu organisasi khususnya lembaga pendidikan Islam terdapat beberapa fungsi manajemen sebagai berikut:
"Planning, Organization, Actuating, Controlling. Apabila salah satu unsur tersebut tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, maka akan menimbulkan ketimpangan-ketimpangan dalam semua aktivitasnya sehingga akan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Untuk melaksanakan fungsi manajemen tersebut diperlukan seorang pemimpin yang baik".

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu keberadaannya sangatlah penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapai. Tanpa kepemimpinan antara tujuan perseorangan dengan tujuan organisasi bisa kendor. Ini bisa membawa pada situasi dimana orang-orang bekerja untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Sedangkan organisasi sendiri menjadi tidak efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Tujuan disarankannya seorang pemimpin dalam suatu komunitas tidak lain ada orang yang selalu menggerakkan, memberikan arahan dan menjaga keutuhan anggota sehingga semuanya dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Salah satu tantangan yang cukup berat yang sering harus dihadapi oleh pemimpin adalah bagaimana ia menggerakkan bawahannya agar senantiasa mau dan bersedia mengerahkan kemampuannya yang terbaik untuk kepentingan kelompok atau organisasinya.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan adalah merupakan suatu persiapan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran. Agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Atau dengan ringkas dapat diungkapkan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang terhadap penetapan dan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.
Dalam lembaga pendidikan kepemimpinan berkaitan dengan Kepala Sekolah. Mereka harus senantiasa meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Prilaku Kepala Sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik secara individu maupun sebagai kelompok.
Profesional berhubungan dengan profil guru, walaupun potret guru yang ideal sulit didapat namun kita boleh menerka profilnya. Guru idaman merupakan produk dari keseimbangan antara penguasaan aspek keguruan dan disiplin ilmu, keduanya tidak perlu dipertentangkan melainkan bagaimana guru tertempa kepribadiannya dan terasah aspek penguasaan materi. Kepribadian guru yang utuh dan berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab profesional dan kesiapan untuk selalu mengembangkan diri. Tugas guru adalah merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya supaya belajar.
Kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas proses belajar mengajar. Sebagai relevansinya dituntut adanya pengajaran yang efektif karena guru sebagai pelaksana utama dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru, melainkan oleh siswa sarana dan faktor-faktor  instrumental lainnya. Tetapi siswa  pada akhirnya tergantung pada mutu pengajaran dan mutu pengajaran tergantung pada mutu guru.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembalajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi tanggung jawab Kepala Madrasah sebagai supervisor, Pembina dan atasannya langsung.  Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa masalah akan selalu ada dan terus berlanjut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bimbingan dan pembinaan yang profesional dari kepala madrasah selalu dibutuhkan guru secara berkesinambungan. Pembinaan tersebut disamping untuk meningkatkan semangat kerja guru, juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap munculnya sikap profesional guru. Teladan kepala sekolah tentunya sangat diperlukan karena teladan merupakan salah satu cara dalam memberikan contoh kepada orang lain, karena manusia mempunyai kecenderungan untuk meniru, seperti yang dijelaskan pada surat Al-Maidah: 31
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya.”
Dapat dipahami dari ayat ini bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya. Dalam meningkatkan mutu pendidikan harus tersedia pendidikan yang memiliki tenaga ahli atau guru tenaga pengajar yang profesional. Dengan kata lain agar pendidikan mempunyai nilai guna dan hasil guna yang lebih dan nantinya diharapkan mampu menjawab problem di atas, maka guru masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari Kepala Madrasah sebagai pemimpin dan penanggung jawab. Dalam suatu kelompok organisasi sangat diperlukan adanya seorang pemimpin yang dianggap mampu mengatur, mengayomi,dan bertanggung jawab terhadap kelompok.
Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, merupakan satu-satunya madrasah diniyah yang ada di tingkat kelurahan Sukorejo. Eksistensi dari pada madrasah yang sudah cukup lama didirikan oleh para kiyai di lingkungan tersebut, sampai sekarang masih mendapat tempat di hati masyarakat dengan bukti secara kualitas maupun kuantitas madrasah diniyah tersebut tetap bertahan hingga saat ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil skripsi dengan judul “Manajemen Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Professionalisme Guru Di Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar?
2. Apa saja faktor pendukung manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar?
3. Apa saja faktor penghambat manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar?


C. Tujuan Penelitian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

D. Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini, besar harapan peneliti agar penelitian ini bisa bermanfaat untuk:
1. Dapat mengetahui manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
2. Dapat mengetahui faktor pendukung manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
3. Dapat mengetahui faktor penghambat manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
4. Menjadi bahan referensi untuk mengkaji tentang mnajemen kepemimpinan Kepala Madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru.
5. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Kepala Madrasah dalam memotivasi kinerja guru.
6. Dengan mengetahui gambaran mengenai manajemen Kepala Madrasah dalam memotivasi kinerja guru dapat berguna untuk dijadikan pedoman dalam peningkatan pendidikan.
7. Dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dengan wawasan yang lebih luas baik secara teoritis maupun praktis.





 III. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Manajemen
James A.F. Stonner mengartikannya sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Manajemen dapat dilihat sebagai suatu system yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang – struktur tugas teknologi) dan bagaimana mengkaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan system. Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pemimpin, yaitu : Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpin (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen disrtikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien dalam semua lapangan.



B. Kajian Tentang Kepemimpinan
 1. Pengertian Kepemimpinan
Pada hakikatnya pemimpin adalah orang yang selalu menggerakkan, memberikan arahan, memberikan bimbingan dan mempengaruhi orang lain melalui serangkaian tugas untuk mencapai tujuan bersama. Definisi tersebut akan semakin jelas apabila dilihat dari beberapa pengertian kepemimpinan dari beberapa tokoh sebagai berikut:
a. Good mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, dan menggerakkan atau mengelola orang lain agar mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama.
b. Howard H. Hoyt mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni keterampilan mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang.
c. Bribin mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses untuk mempengaruhi suatu kelompok dalam situasi tertentu, dalam saat tertentu, dan dalam seperangkat lingkungan khusus yang ditujukan untuk mendorong orang untuk berusaha dengan penuh kesadaran guna mencapai tujuan-tujuan organisasi.

a. Adanya tujuan yang diperjuangkan merangkai tindakan.
2. Prilaku Kepemimpinan
Prilaku kepemimpinan adalah prilaku khusus atau pribadi para pemimpin terkait dengan tugas dan peranannya sebagai seorang pemimpin. Prilaku kepemimpinan dipahami sebagai suatu kepribadian (personality) seorang pemimpin yang diwujudkan dalam aktifitas kepemimpinannya dalam kaitanya dengan mengelola tugas atau pekerjaan dan hubungan dengan para bawahan atau pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas berpusat pada pemimpin, sedangkan yang berorientasi pada hubungan berpusat pada bawahan. Kepemimpinan yang berorientasi tugas merupakan prilaku kepemimpinan yang paling baik untuk situasi dimana pemimpin menghadapi suasana yang sangat menguntungkan maupun suasana yang sangat tidak menguntungkan. Prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan dengan manusia adalah paling cocok untuk situasi dimana terdapat suasana yang menengah atau sedang-sedang saja.

a. Prilaku Spesifik Pemimpin dalam Mengelola Pekerjaan
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah penggerak orang-orang bekerja. Oleh karena itu ia harus memiliki prilaku yang efektif dalam menggerakkan bawahannya.
1) Membuat perencanaan
2) Pemecahan masalah

3) Menjelaskan peran dan sasaran
4) Memberi informasi
5) Memantau
b. Prilaku Spesifik Pemimpin dalam Menggelola Hubungan
1) Memberi dukungan
2) Mengembangkan
3) Memberikan imbalan
4) Mengelola konflik
5) Membangun jaringan kerja
Membangun jaringan kerja menyangkut keaneka ragaman prilaku yang bertujuan membangun hubungan yang harmonis dengan orang atau pihak lain yang menjadi kekuatan potensial baik yang berasal dari dalam organisasi (jaringan internal) maupun luar organisasi (jaringan eksternal).
a. Mendekati semua kelompok.
b. Memperlihatkan penerimaan yang positif.
c. Melakukan hal-hal yang menyenangkan pihak lain.
d. Bersedia menjadi mitra kerja yang baik.

C. Kajian Tentang Kepala Madrasah

1. Pengertian Kepala Madrasah
Secara sedarhana Kepala Madrasah didefinisikan sebagai "seorang tenaga fungsional guru diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antar guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran". Kepala Madrasah dikatakan berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai oraganisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan Kepala Madrasah sebagi orang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Keberhasilan Kepala Madrasah menunjukkan bahwa Kepala Madrasah adalah orang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh disimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan Kepala Madrasah. Beberapa diantara Kepala Madrasah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, Kepala Madrasah adalah mereka yang bayak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka.
2. Fungsi dan Tugas Kepala Madrasah
Kepala Madrasah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha mempraktekkan dan memperhatikan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah diantaranya:
1. Kepala Sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianak emaskan.
2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas.
3. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana saran dan sebagainya.
4. Kepala Sekolah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu menimbulkan menggerakkan semangat para guru, staf, dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
5. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun kelompok.
6. Seorang Kepala Sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan Kepala Sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah dimana dan dialami kesempatan apapun.
7. Kepala Sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa.
8. Setiap orang dalam kehidupan oraganisasi baik secara pribadi maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi.

Menurut Sergivanti secara esensial menggariskan bahwa Kepala Madrasah merupakan orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas yang dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:
1. Merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.
2. Mengevaluasi kinerja guru.
3. Mengevaluasi kinerja staf sekolah.
4. Menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.
5. Membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah.
6. Menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.
7. Membuat perencanaan bersama-sama staf dan komunitas sekolah.
8. Menyusun penjadwalan kerja, baik sendiri maupun bersama-sama.
9. Mengatur masalah-masalah pembukuan.
10. Melakukan negoisasi dengan pihak eksternal.
11. Melaksanakan hubungan kerja kontraktual.
12. Memecahkan konflik antar sesama guru dan antar pihak pada komunitas sekolah.
13. Menerima referral dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.
14. Memotifasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.
15. Mencegah dan menyelesaikan konflik dan kerusuhan yang dilakukan oleh siswa.
16. Mengamankan kantor sekolah.
17. Melakukan fungsi supervisi pembelajaran dan pembinaan professional.
18. Bertindak atas nama sekolah untuk tugas-tugas dinas eksternal.
19. Melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

3. Peran Kepala Madrasah
a. Kepala Madrasah Sebagai Edukator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, Kepala Madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalitas tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, menberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

b. Kepala Madrasah Sebagai Manajer
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota serta pendayagunaan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut:
1. Proses adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu.
2. Sumberdaya suatu sekolah.
3. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Kepala Madrasah Sebagai Administrator
Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik; penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan kurikuler; dan penyusunan kelengkapan data  administrasi hubungan sekolah dan orang tua peserta didik.
d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor
Dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan disebutkan secara umum kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain.
1. Membangkitan dan merangsang guru-guru  dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.

e. Kepala Madrasah Sebagai Leader
Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentua arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Kepemimpinan   Kepala Sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik lancar dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dalam pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
5. Bekerja dengan tim manajemen.
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

C. Profesionalitas Guru
1. Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau musholla dan di rumah.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. kewibaanlah yang menyebabkan guru di hormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
2. Guru Profesional
Agar memenuhi harapan pemakai lulusan, guru tentunya memiliki perangkat kemampuan yang dipersiapkan melalui program lembaga pendidikan tenaga kependidikan sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu profesionalitas guru sebagai tenaga kependidikan perlu ditingkatkan.
Dalam pengertian profesionalitas telah tersirat adanya suatu keharusan memiliki kemampuan agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian pada masyarakat.
Kemampuan guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki dalam jenjang pendidikan apapun Karena kemampuan itu memiliki kepentingan tersendiri dan sangat penting untuk dimiliki oleh guru sebab:
1. Kemampuan guru merupakan alat seleksi dalam penerimaan calon guru. Dengan adanya syarat sebagai kriteria penerimaan calon guru, akan terdapat pedoman bagi administrator dalam memilih guru yang diperlukan untuk satu sekolah. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa setiap guru yang memenuhi syarat tersebut diharapkan akan berhasil dalam mengemban tugasnya sebagai pengajar disekolah. Untuk itu pemilihan guru tidak didasarkan atas suka sama suka atau karena famili yang bersifat subjektif, tetapi atas dasar objektifitas yang berlaku secara umum untuk semua calon guru.
2. Kemampuan guru penting dalam pembinaan dan pengembangan guru, karena telah ditentukan dasar ukuran mana guru yang telah memiliki kemampuan penuh dan mana yang masih kurang. Guru yang memiliki kemampuan penuh tentu perlu dibina terus agar kemampuannya tetap mantap, sedangkan bagi guru yang memiliki kemampuan dibawah standar, administrator dapat menyusun perencanaan yang relevan agar guru tersebut dapat memiliki kemampuan yang sama atau seimbang dengan kemampuan guru lainnya, misalnya dengan jalan mengadakan pelatihan atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Kemampuan guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum karena berhasil tidaknya pendidikan guru terletak pada komponen dan proses pendidikan guru yang salah satu diantaranya adalah komponen kurikulum. Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan tenaga kependidikan harus disusun berdasarkan kemampuan yang diperlukan oleh setiap guru. Dengan demikian, tujuan program pendidikan sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainnya harus direncanakan agar relevan dengan tuntutan kemampuan guru.
4. Kemampuan guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswa. Guru yang mampu akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
D. Prilaku Spesifik  Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan   Profesionalisme Guru
1. Model Pembinaan Guru
Prilaku kepemimpinan Kepala Sekolah misalnya dalam pembinaan guru dan bawahan dapat dilihat dari prilakunya dalam melakukan pembinaan dan pengembangan para guru dan bawahan itu, seperti dalam tabel berikut;
Tabel I Model Pembinaan Guru
Tanggung jawab guru Tinggi Moderat Rendah
Tanggung jawab pembina Rendah Moderat tinggi
Psikologi yang dianut Humanistik Kognitif Behavioristik
Pendekatan yang diterapkan Non-direktif Kolaboratif partisipatif Direktif

Metode pembinaan Memberi kesempatan aktualisasi, membenarkan.
Tukar pengalaman
Menjelaskan

Tabel II Model Mengembangkan Pembinaan
 Sumberdaya Tenaga Guru

Filsafat Asumsi dasar Psikologi yang diterapkan Pendekatn yang digunakan
Prilaku pembina

Sosok guru mandiri dan tanggung-jawab
Faktor eksternal Behavioristik :
-kesejahteraan
-reward
-stimulus, dst
Direktif Menjelaskan
Mengarahkan
Memberi contoh
Menetapkan tolak ukur

Faktor internal Humanistik :
-Penghargaan individu
-penghormatan
-sanjungan
-komunikasi interpersonal
Non direktif Membenarkan
Membesarkan hati
Menjelaskan
Menyajikan

Paduan eksternal dan internal
Koqnitif :
Kolaboratif
Kolaboratif partisipatif Menyajikan
Menjelaskan
Memcahkan masalah
Negosiasi Mendengarkan

Titik berat pendidikan adalah peningkatan mutu atau perluasan kesempatan belajar. Oleh karena itu perlu ditingkatkan proses belajar mengajar. Dalam meningkatkan kualitas profesi guru dilaksanakan melalui berbagai kegiatan diantaranya adalah:




2. Prilaku Pengembangan Profesionalitas Guru
a. Menumbuhkan Kreatifitas Guru
Jika konsep tersebut dikaitkan dengan kretifitas guru maka guru akan menciptakan strategi belajar yang benar-benar baru dan orisinil (murni dan karya sendiri) atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Dalam hal ini Colleman Hanmer menyebutkan tentang karakteristik orang kreatif yaitu:
a. Kemampuan kognitif meliputi kecerdasan diatas rata-rata kemampuan melahirkan gagasan-gagasan yang berlainan dan fleksibilitas kognitif.
b. Sifat terbuka, orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimulus dan eksternal, ia memiliki minat yang beragam.
c. Sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.
Dengan karakteristik orang kreatif tersebut, guru sebagai operator terdepan dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dituntut untuk memiliki kemampuan yang kognitif, sikap yang terbuka dan sikap yang bebas sebagai sikap profesional di dalam tugas-tugasnya.
Guru yang memiliki kretifitas selalu mencari cara yang terbaik agar proses belajar mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan dengan mengembangkan faktor sesuai dengan kondisi siswa.
Kreatifitas yang demikian itu memungkinkan guru yang bersangkutan menemukan bentuk-bentuk mengajar yang sesuai, terutama dalam memberi bimbingan, rangsangan dan motivasi serta arahan agar siswa dapat belajar secara efektif.
b. Pendidikan Inservice
Pendidikan inservice merupakan salah satu fungsi kepengawasan (supervisi) yang sangat penting. Pembinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta cara kerja para pelaksananya yaitu guru-guru.
Sehubungan dengan pengembangan profesi ini, guru memang dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya baik yang berhubungan dengan materi pelajaran bidang studi yang menjadi wewenangnya maupun keterampilan guru.
a. Pegembangan Profesi Secara Individual
Adapun bentuk-bentuk kegiatan inservice secara individual antara lain:
1. Pengembangan Profesi Melalui Pelatihan
2. Pengembangan Profesi Melalui Belajar Sendiri
3. Pengembangan Profesi Melalui Mass Media


c. Pendidikan Onservice (Kelompok Kesejawatan)
Kegiatan ini dimaksud untuk pembinaan dan peningkatan guru. Adapun pelaksanaannya, dengan mengadakan perkumpulan guru-guru dalam bidang studi dari beberapa sekolah bertemu di sekolah yang dijadikan pusat pembahasan (sanggar kerja) atau kelompok kerja guru.
Kegiatan kelompok kesejawatan ini mempunyai mamfaat yang banyak sekali antara lain:
1. Peningkatan kualitas dan kemampuan dalam pelakasaan proses belajar mengajar. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
2. Meningkatkan penguasaan dan pengembangan keilmuan khusus bidang studi tanggung jawabnya 3. Meningkatkan kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah akademis.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
a. Menyusun artikel
b. Menyusun laporan.
c. Menyusun makalah.
d. Menyusun laporan dan resensi buku.



IV. METODE PENELITIAN
A.  Jenis / Pola Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Maksud dari kualitatif  “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawanannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.”  Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau popilasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek yang relefan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada.
Pada umumnya penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.  Menurut Suharsimi, “Ada tiga macam pendekatan yang termasuk dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus (case studies), penelitian kausal komparatif dan penelitian kolerasi.”  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu mendiskripsikan suatu latar belakang objek atau peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam. Seperti dikatakan Winarno, bahwa “Studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail, subjek yang diselidiki terdiri dari suatu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus.”

B.  Lokasi Penelitian
Lokasi peneletian ini tepatnya di Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

C.  Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti adalah sebagai instrumen dan sekaligus sebagai pengumpul data. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti harus mutlak hadir sebagai pelaku penelitian. Dan kehadiran peneliti harus dilukiskan secara eksplisit dalam laporan penelitian serta perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh atau pengamat penuh.   Selain itu, instrumen pendukungnya dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Kemudian mengenai statusnya, peneliti adalah sebagai pengamat penuh serta diketahui oleh subyek atau informan.



D.  Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok (1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya yaitu Kepala Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar secara langsung, diamati dan dicetak secara langsung. (2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada yaitu dokumen-dokumen yang diperoleh dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti, seperti struktur organisasi madrasah, keadaan guru madrasah, data santri, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Sedangkan yang menjadi Informan dari penelitian ini yaitu kepala madrasah Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

E.  Prosedur Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian metode pengumpulan data merupakan komponen yang sangat esensial karena kualitas data yang diperoleh ditentukan oleh metode tersebut.
Dalam pelaksanaannya metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah meliputi:
a. Metode observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistemais terhadap fenomina yang diselidiki.
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan obyek secara langsung atau peneliti terjun secara langsung ke obyek penelitian. Dengan metode ini dapat mengetahui gambaran secara umum tentang latar belakang, sarana dan prasarana dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Metode interview
Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dalam penelitian ini interview dilakukan untuk mengetahui tentang “Manajemen Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Professionalisme Guru Di Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”
c. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah penyelidikan benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain-lain.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang latar belakang obyek penelitian, struktur organisasi madrasah, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

F.  Teknis Analisis Data
Analisa data menurut patton (dalam moleong) adalah ”proses mengatur data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.”
Setelah data yang diteliti sudah terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data. Dalam menganalisa data ini peneliti menggunakan metode metode pendekatan deskriptif kualitatif yaitu data yang berwujud uraian kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data yang telah diperoleh diproses melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis. Namun demikian analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas.
Adapun data kualitatif secara umum terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan vertivikasi (penarikan kesimpulan).
1. Reduksi Data
Miles dan Huberman mengemukakan, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan , mengabstrakkan dan transformasi data "kasar" yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari analisis, karena reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverivikasikan.
2. Penyajian Data
Akhir penting dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi analisis kualitatif yang valid.
3. Penarik kesimpulan atau Verivikasi
Rangkaian kegiatan penting analisis selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan vertivikasi. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan konfigurasi yang memungkinkan, alur sebab akibat, dan proposisi.
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Karena kesimpulan-kesimpulan tersebut juga harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat dilakukan dengan menelusuri kembali pemikiran yang melintas dipikiran penganalisa selama ia menulis, meninjau ulang catatan-catatan lapangan dan tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan "Kesepakatan Intersubyektif" atau juga upaya lain untuk menempatkan suatu temuan dalam seperangkat data lain. Singkatnya makna-makna yang muncul dari data-data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menganalisis data dilapangan yang dikerjakan selama pengumpulan data berlangsung.
b) Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh.
c) Setelah proses pengumpulan data selesai maka peneliti membuat laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian-kejadian.
Metode deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Dengan tehnik ini data yang diperoleh akan dipilah-pilah kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan secara kongkrit dan mendalam.

G.  Pengecekan Keabsahan Temuan
Menurut Meleong ada tiga kegiatan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu:  Kredibilitas, Dependabilitas, dan Konfirmabilitas.
1. Kredibilitas
Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan dunia nyata serta terjadi dengan sebenarnya. Untuk mencapai nilai kredibilitas ada beberapa teknik yaitu: Tekhnik Trianggulasi sumber, pengecekan anggota, dan perpanjangan kehadiran penelitian dilapangan. Trianggulasi sumber data adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Trianggulasi data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data tertentu yang diperoleh dari Kepala Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar kemudian kemudian dikonfirmasikan kepada informan lain. Trianggulasi metode juga dilakukan dengan cara membandingkan data atau informasi yang dikumpulkan dari informan, kemudian membandingkan dengan data pada informan yang lain yang terkait langsung dengan data tersebut. Pengecekan Anggota dilakukan dengan cara menunjukkan data atau informasi, termasuk hasil interprestasi penelitian yang sudah dituis dengan rapi dalam bentuk catatan lapangan atau transkip wawancara pada informan kunci agar dikomentari, disetujui atau tidak, dan bisa ditambah informasi lain jika dianggap perlu.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti sebagaimana telah dikemukakan sangat menentukan dalam pengumpulan data keikutsertaan tersebut tidak dilaksanakan dalam waktu yang relatif panjang pada latar penelitian. Perpanjangan keikut sertaan peneliti dapat menguji kebenaran informasi yamg diperoleh secara distorsi baik berasal dari peneliti sendiri maupun dari luar. Distorsi tersebut memungkinkan tidak disengaja. Perpanjangan keikutsertaan ini dapat membangun kepercayaan Kepala Madrasah Tarbiyatul Muballighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar kepada peneliti, Sehingga antara peneliti dengan informan kunci akhirnya tercipta hubungan keakraban (Rapport) yang baik sehingga memudahkan Kepala Madrasah mengungkapkan sesuatu secara transparan dan ungkapan hati yang tulus dan jujur.
2. Dependebilitas (Ketergantungan)
Kriteria ini di gunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam menyimpulkan dan menginterprestasikan data sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah kesalahan banyak disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri terutama peneliti sehingga instrument kunci dapat menimbulkan ketidakpercayaan pada peneliti.
3. Konfirmabilitas (Kepastian)
Kriteria ini digunakan untuk memiliki hasil peneliti yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. Dalam pelacakan ini, peneliti menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti data lapangan yang berupa catatan lapangan dari hasil pengamatan penelitian tentang Manajemen Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Professionalisme Guru dan transkip wawancara serta catatan proses pelaksanaan penelitian yang mencakup metodologi, strategi serta usaha keabsahan. Dengan demikian Pendekatan konfirmabilitas (kepastian)  lebih menekankan pada karakteristik data upaya konfirmabilitas untuk mendapatkan kepastian data yang diperoleh itu objektif, bermakna, dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan. Berkaitan dengan pengumpulan data ini, keterangan dari Kepala Madrasah perlu diuji kredibilitasnya. Hal inilah yang menjadi tumpuan penglihatan, pengamatan objektifitas dan subjektifitasn untuk menuju suatu kepastian.
Bahan Refrensi, penggunaan bahan referensi yang banyak sangat memudahkan peneliti dalam pengecekan keabsahan Data, karena dari referensi yang ada sebagai pendukung dari observasi panel yang dilaksanakan oleh peneliti. Menurut Eisner (1975) “kecukupan referensi sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.”



H.  Tahap-Tahap Penelitian
Menurut Bogdan dan Biklen, “Ada tiga tahapan pokok dalam penelitian kualitatif yaitu: (1) tahap pra lapangan, (2) tahap kegiatan lapangan, (3) tahap analisis intensif.” Begitu juga dengan Moleong mengemukakan:
Tiga tahapan dalam penelitian kualitatif. Pertama, tahap orientasi yaitu mengatasi tentang sesuatu apa yang belum diketahui dan dengan tujuan memperoleh gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Kedua, tahap eksplorasi fokus, yaitu tahap proses pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan data. Ketiga, tahap rencana yang digunakan untuk melakukan pengecekan dan pemeriksaaan keabsahan data.

Atas dasar itulah, dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap pengumpulan data (lapangan) atau tahap eksplorasi dan tahap analisis dan penafsiran data. Ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi, yaitu mengunjungi dan bertatap muka dengan obyek penelitian dan menghimpun berbagai sumber tentang lokasi penelitian. Pada tahap ini keigiatan yang dilakukan adalah mohon ijin untuk melakukan penelitian, merancang usulan penelitian, menentukan informan, menyiapkan kelengkapan penelitian dan menjelaskan rencana penelitian.
b. Eksplorasi fokus, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data dengan cara : (1) wawancara dengan subjek dan informan penelitian yang telah ditentukan, (2) mengkaji dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian, (3) observasi pada kegiatan subjek penelitian.
c. Tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data, kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengadakan pengecekan data pada subjek, informan atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh. Pada tahap ini juga dilakukan perbaikan data baik dari segi bahasa maupun sistematikanya sehingga dalam laporan hasil penelitian memperoleh derajat kepercayaan yang sangat tinggi. Hal ini dilakukan dengan cara; (1) perpanjangan waktu dan ketekunan pengamatan, (2) trianggulasi (3) diskusi dengan teman sejawat, dan menggunakan referensi.

DATAR RUJUKAN
Admodiwirio, Subagio. 2005. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Ardadizya Jaya.
Anoraga,Pandji. 1992. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi   Aksara.
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Darmin, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depag RI. 1993.  Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag  RI.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartono, Kartini. 1996. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marno. 2006. Kepemimpinan Dan Profil Manajer Pendidikan Islam. Malang: UIN.
Miles, Matthew B. 2000. Analisis Ala Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Rosda.
Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakariya.
Mulyono. 2006. Organisasi Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Malang: UIN.
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru. 1981. Prinsip Dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Purawanto, Ngalim. 1991. Administrasi Pendidikan. Bandung: Mutiara Sumber Widia.
Purwanto, Ngalim. 1995. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin. 1992. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rahmat, Jalaluddin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Semiawan dkk, Conny. 1987. Memupuk Bakat Dan Kreatifitas Sekolah Menengah. Jakarta: Garamedia.
Soekatto, Dirawat Dan Busro. 1984. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan Dalam Rangka Pertumbuhan Jabatan Guru. Jakarta: Alda.
Subroto, Suryo. 1998. Dimensi-Dimensi Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta: Cipta Karya Nusa.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.
Wohjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Grafindo Persada.
Yukl, Gary. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi (Leadership In Organization) edisi bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhalindo.











INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman Interview

Pedoman Observasi
1. Manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
2. Faktor pendukung manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
3. Faktor penghambat manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan professionalisme guru di Madrasah Tarbiyatul Mubalighin Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah Berdirinya Madrasah
2. Visi dan Misi
3. Struktur Organisasi Madrasah
4. Keadaan Guru
5. Keadaan Santri
6. Keadaan Sarana Prasarana
7. Denah Lokasi Penelitian

Tulisan Terkait:

0 Response to "Menejemen Madrasah Dalam Meninkatkankinerja Guru Madrasah Di Madinntarbiyyatul Muballighin Sukorejo Blitar"